Di artikel Analisa Saham UNVR, penulis menyampaikan bahwa penulis menggunakan perhitungan nilai wajar saham yang agak berbeda dengan yang biasanya penulis lakukan. Sebelum-sebelumnya, penulis menggunakan perhitungan seperti yang penulis jelaskan di artikel Perhitungan (Sederhana) Nilai Wajar Saham EKAD.
Sebelum mulai, numpang iklan dulu ya! 😀 Barangkali ada yang lagi expecting to have a baby in the near future (selamat ya Moms/Dads), mungkin mau cari-cari ide nama buat adek bayinya, barangkali bisa pake tools teman penulis di nama.bayiunyu.id.
Kelemahan Perhitungan Sebelumnya
Setelah penulis timbang-timbang, di metode sebelumnya ada dua kelemahan utama sebagai berikut:
- Risk Premium yang digunakan terlalu tinggi, di mana pada perhitungan sebelumnya, penulis menjumlahkan Suku Bunga BI dengan nilai yield dari Obligasi Pemerintah 10 Tahun. Seharusnya, risk premium yang digunakan cukup menggunakan nilai yield obligasi pemerintah saja, sebab yield obligasi pemerintah sudah memperhitungkan suku bunga BI, di mana yield-nya berubah-ubah tergantung pada Suku Bunga acuan dari BI.
- Total Dividen dimasukkan kembali ke perhitungan harga wajar. Penulis menilai ini adalah sebuah kesalahan, sebab EPS yang diakumulasi sudah termasuk dividen yang dibagikan. Jika, dividen dimasukkan kembali untuk mencari nilai buku tahun ke-x, maka nilai dividen itu terakumulasi dua kali, yang menyebabkan nilai bukunya menjadi terlalu tinggi.
Dalam tulisan kali ini, penulis mengubah perhitungan dengan mempertimbangkan dua kelemahan perhitungan di atas. Untuk menjaga konsistensi dengan perhitungan sebelumnya, penulis juga menggunakan periode waktu 10 tahun.
Asumsi Data UNVR
Sebagai contoh, penulis akan menggunakan data-data UNVR untuk melakukan perhitungan. Data-data di bawah ini penulis ambil dari stockbit, sebagai berikut:
- Risk Premium = 6.33%. Penulis menggunakan angka 6.33% yang merupakan suku bunga obligasi AAA periode 10 tahun yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Seperti yang telah penulis sampaikan sebelumnya, kita tidak perlu menambahkan komponen suku bunga BI, sebab suku bunga obligasi akan naik turun menyesuaikan suku bunga BI.
- Asumsi CAGR EPS = 5%. Penulis menggunakan angka 5%, sebab angka ini sesuai dengan angka pertumbuhan CAGR laba bersih UNVR 5 tahun terakhir. Kita bisa saja menggunakan angka yang lebih konservatif, semisal 3%; jika kita merasa bahwa pertumbuhan UNVR selama 10 tahun ke depan akan lebih rendah dari angka CAGR 5 tahun terakhir. Atau, bisa jadi lebih tinggi, jika kita menilai bahwa UNVR akan mampu meningkatkan pertumbuhan yang lebih baik 10 tahun kedepan.
- Book Value Per Share (BVPS), alias Nilai Buku = IDR 129.42. Angka yang penulis gunakan adalah angka tahun 2020 yang bersumber dari Stockbit.
- Earning Per Share (EPS) saat ini = IDR 187.77. Angka yang penulis gunakan adalah angka tahun 2020 yang bersumber dari Stockbit.
- Dividend Payout Ratio (DPR) = 96.89%. Penulis menggunakan rata-rata DPR 10 tahun terakhir termasuk tahun 2020.
- Asumsi nilai Price Earning Ratio (PER) = 43.9x. Penulis menggunakan rata-rata PER UNVR 10 tahun terakhir. Sama seperti asumsi CAGR EPS, kita bisa menggunakan angka yang lebih konservatif (lebih rendah), jika kita percaya bahwa apresiasi pasar akan lebih buruk 10 tahun ke depan. Sebaliknya, jika kita yakin bahwa apresiasi pasar akan lebih baik, maka kita bisa menggunakan asumsi PER yang lebih tinggi.
- Asumsi nilai Price to Book Value (PBV) = 48.74. Penulis menggunakan rata-rata PBV UNVR 10 tahun terakhir. Sama seperti PER, kita bisa menyesuaikan lebih rendah atau lebih tinggi tergantung keyakinan kita di masa depan.
Menghitung Nilai Intrinsik
Setelah mengumpulkan data-data dasar yang diperlukan, kita siap untuk melakukan perhitungan nilai intrinsik. Ada tiga pendekatan yang penulis pakai:
- Pendekatan Akumulasi EPS Sederhana
- Pendekatan dengan Memperhitungkan PER
- Pendekatan dengan Memperhitungkan PBV
Perhitungan Nilai Intrinsik dengan Akumulasi EPS Sederhana
Secara singkat, perhitungan dengan pendekatan akumulasi EPS dilakukan dengan memperhitungkan akumulasi EPS selama 10 tahun. Kemudian, nilai akumulasi tersebut ditambahkan dengan nilai BVPS saat ini. Hasil yang didapat, kemudian dikonversi ke nilai sekarang (Net Present Value).
Langkah #1: melakukan akumulasi EPS 10 tahun yang akan datang.
Kita ketahui bahwa nilai EPS saat ini (tahun ke-0) adalah sebesar IDR 187.77.
Maka, EPS tahun ke-1:
= (100% + Asumsi CAGR EPS) x EPS tahun ke-0 = (100% + 5%) x IDR 187.77 = IDR 197.16
Dari perhitungan di atas, kita mendapati bahwa EPS di tahun ke-1 adalah sebesar IDR 197.16. Dengan cara yang sama, kita dapati bahwa EPS tahun ke-2 adalah sebesar IDR 207.02. Demikian seterusnya.
Setelah didapat nilai EPS sampai tahun ke-10, semua nilai EPS itu kemudian dijumlahkan, sehingga total akumulasi EPS menjadi sebesar IDR 2,479.84.
Langkah #2: menghitung nilai BVPS di tahun ke-10
Setelah didapat total akumulasi EPS di tahun ke 10, maka kita dapat menghitung nilai BVPS di tahun ke 10 yaitu sebesar:
= BVPS tahun ke-0 + Akumulasi EPS s/d tahun ke-10 = IDR 129.42 + IDR 2,479.84 = IDR 2,609.26
Langkah #3: menghitung nilai sekarang dari BVPS di tahun ke-10
Dari nilai BVPS di tahun ke-10, kita dapat melakukan perhitungan nilai sekarang dari nilai tersebut dengan cara menghitung konversi nilai sekarang dari tahun ke-9 sampai tahun ke-0.
Di tahun ke-9, nilai BVPS tahun ke-10 akan menjadi sebesar:
= BVPS tahun ke-10 / (1 + Risk Premium) = IDR 2,609.26 / (1 + 6.33%) = IDR 2,453.92
Dengan cara yang sama, kita dapat menghitung nilai BVPS di tahun ke-8 yaitu sebesar IDR 2,307. Demikian seterusnya sampai dengan di tahun ke-0 (tahun sekarang), kita akan mendapatkan nilai BVPS sebesar IDR 1,412.40.
Nilai BVPS tahun ke-0 sebesar IDR 1,412.40 ini adalah nilai intrinsik dengan pendekatan akumulasi EPS sederhana. Dengan memperhitungkan Margin of Safety (MoS) sebesar 25%, maka menurut kaidah value investing, kita tidak akan membeli sampai harga sahamnya berada di angka IDR 1,059.30.
Sebagai catatan, perhitungan dengan pendekatan akumulasi EPS sederhana, tidak mempertimbangkan apresiasi pasar. Secara sederhana, pasar mengapresiasi harga saham melalui PER atau PBV. Semakin besar PER atau PBV, umumnya disepakati bahwa harga saham itu relatif lebih mahal dari saham yang PER dan PBV yang lebih kecil.
Dengan mengambil nilai BVPS saja, maka kita menghargai saham UNVR di angka PBV 1x. Secara historis, nilai PBV 1x untuk UNVR cukup sulit diterima. Oleh karena itu, untuk perhitungan berikutnya, kita bisa memasukkan nilai PER dan PBV ke dalam perhitungan.
Perhitungan Nilai Intrinsik dengan Memperhitungkan PER
Secara sederhana, perhitungan nilai intrinsik dengan memperhitungkan PER dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung EPS di masa depan misal di tahun ke-10. Setelah itu, kita menghitung harga saham di tahun tersebut dengan menggunakan EPS. Terakhir, kita mencari nilai sekarang (NPV) dari harga di masa depan.
Langkah #1: menghitung EPS di tahun ke-10
Untuk menghitung EPS sampai tahun ke-10, kita lakukan dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Dengan mengikuti langkah-langkah di perhitungan sebelumnya, kita mendapatkan angka EPS di tahun ke-10 adalah sebesar IDR 305.86.
Langkah #2: mencari harga di tahun ke-10 menggunakan PER
Dengan menggunakan pendekatan PER (Price Earning Ratio), maka kita dapat menghitung harga saham di tahun ke-10 sebesar:
= PER x EPS di tahun ke-10 = 43.9 x IDR 305.86 = IDR 13.427.15
Langkah #3: mencari nilai sekarang dari harga di tahun ke-10
Sama seperti pada perhitungan sebelumnya, maka kita dapat menghitung nilai sekarang dari harga di tahun ke-10. Dengan mengikuti langkah-langkah di perhitungan sebelumnya untuk tahun ke-9, ke-8, dan seterusnya sampai tahun ke-0, kita dapati harga saham di tahun ke-0 menjadi sebesar IDR 7,268.18.
Dengan mempertimbangkan MoS 25%, maka kita dapat mulai memperhitungkan untuk membeli UNVR di harga IDR 5,451.13.
Pendekatan PER memiliki kelemahan di mana nilai wajar sangat ditentukan oleh asumsi nilai PER yang kita gunakan. PER sangat tergantung dari apresiasi saham dan merupakan sesuatu yang sangat susah (bahkan bisa jadi tidak mungkin) untuk diprediksi.
Untuk menghilangkan komponen emosi dalam melakukan prediksi, penulis lebih suka menggunakan angka historis sebagai acuan awal. Misal dengan mengambil nilai rata-rata PER lima tahun terakhir atau 10 tahun terakhir. Kemudian agar lebih konservatif, bisa juga dengan menggunakan angka yang lebih kecil (misal 75% atau 50% dari nilai rata-rata), tergantung dari seberapa percaya kita bahwa pasar akan menghargai lebih rendah atau lebih tinggi di masa depan.
Perhitungan Nilai Intrinsik dengan Memperhitungkan PBV
PBV (Price to Book Value) dibentuk berdasarkan nilai buku per lembar saham alias Book Value Per Share (BVPS). BVPS sendiri dibentuk dari retained earning alias laba ditahan, alias sisa EPS yang tidak dibagikan sebagai dividen.
Untuk menghitung nilai wajar saham dengan memperhitungkan PBV, maka langkah pertama adalah mencari nilai buku (BVPS) di tahun ke-10. Kemudian, kita mencari harga saham tersebut dengan mengalikan nilai BVPS tersebut dengan PBV. Langkah terakhir adalah mencari nilai sekarang (NPV) dari harga di tahun ke-10 tersebut.
Langkah #1: menghitung akumulasi retained earning sampai tahun ke-10
Untuk mencari akumulasi retained earning, pertama-tama kita harus mencari EPS di tahun tersebut.
Dari perhitungan sebelumnya, kita ketahui bahwa EPS di tahun ke-1 adalah sebesar IDR 197.16. Maka dengan asumsi DPR sebesar 96.89%, maka retained earning tahun ke-1 adalah:
= (100% - 96.89%) x EPS tahun ke-1 = 3.11% x IDR 197.16 = IDR 6.13
Jadi retained earning tahun ke-1 adalah sebesar IDR 6.13.
Dengan cara yang sama, retained earning tahun ke-2 adalah sebesar IDR 6.43, retained earning tahun ke-3 adalah sebesar IDR 6.75, dan seterusnya.
Setelah dilakukan perhitungan sampai tahun ke-10, kita akan mendapatkan nilai akumulasi retained earning selama 10 tahun adalah sebesar IDR 67.55.
Langkah #2: menghitung nilai BVPS di tahun ke-10
Untuk menghitung nilai BVPS di tahun ke-10 cukup mudah. Kita tinggal menambahkan akumulasi retained earning ke nilai BVPS saat ini.
Nilai BVPS di tahun ke-10 adalah:
= Akumulasi retained earning sampai dengan tahun ke-10 + Nilai BPVS saat ini = IDR 67.55 + IDR 129.42 = IDR 206.47
Langkah #3: mencari harga di tahun ke-10 menggunakan PBV
Setelah kita mendapatkan nilai BVPS di tahun ke-10, maka kita tinggal mengalikan nilai tersebut dengan nilai PBV untuk mendapatkan harga di tahun ke-10.
Maka, harga saham di tahun ke-10:
= BVPS tahun ke-10 x PBV = IDR 206.47 x 48.74 = IDR 10,063.47
Langkah #4: mencari nilai sekarang dari harga di tahun ke-10
Terakhir, kita tinggal mencari nilai sekarang di tahun ke-10 tersebut, dimulai dari tahun ke-9 sampai tahun ke-0.
Dengan mengikuti cara perhitungan NPV sebelumnya, kita akan mendapati bahwa NPV di tahun ke-9 adalah sebesar IDR 9,464.38, NPV di tahun ke-8 adalah sebesar IDR 8,900.95, dan seterusnya. Sampai kita mendapati bahwa harga saham di tahun ke-0 adalah sebesar IDR 5.447.41.
Dengan mengaplikasikan MoS sebesar 25%, maka saham UNVR bisa mulai diakumulasi di harga IDR 4085.55.
Beli atau Tidak? Analisa dengan Rentang Harga
Sampai saat ini, kita mendapati 3 nilai intrinsik sebagai berikut:
- Berdasarkan Akumulasi EPS, dengan nilai intrinsik sebesar IDR 1,059.30.
- Berdasarkan pendekatan PER, dengan nilai intrinsik sebesar IDR 5,451.13.
- Berdasarkan pendekatan PBV, dengan nilai intrinsik sebesar IDR 4,085.55.
Untuk harga pertama, kemungkinan harga tersebut sudah sangat konservatif. Dengan nilai ROE di atas 100%, mungkin agak susah kita membayangkan harga saham UNVR dijual di harga bukunya, alias dengan PBV 1x.
Mungkin saja terjadi! Namun secara historis kemungkinannya sangat kecil.
Untuk pendekatan PER dan PBV, kita mungkin memiliki keraguan, apakah benar apresiasi di masa depan akan sama dengan nilai historisnya? Untuk lebih mereduksi risiko kesalahan perhitungan, kita dapat membuat perhitungan kedua dengan menggunakan asumsi PER dan PBV yang lebih rendah. Katakanlah 50% dari nilai historis PER atau PBV-nya.
Dengan menggunakan langkah-langkah yang sama dengan yang sudah dijelaskan di atas, dengan asumsi PER dan PBV 50% dari asumsi sebelumnya, maka harga wajar setelah MoS adalah sebesar IDR 2,725.57 dengan pendekatan PER, dan sebesar IDR 2,042.78 dengan pendekatan PBV.
Jika disajikan kembali, maka list harga yang didapat adalah:
- Berdasarkan Akumulasi EPS, dengan nilai intrinsik sebesar IDR 1,059.30.
- Berdasarkan pendekatan PER, dengan nilai intrinsik berada di rentang harga IDR 5,451.13 – IDR 2,725.57. Mean keduanya berada di harga IDR 4,088.35.
- Berdasarkan pendekatan PBV, dengan nilai intrinsik berada di rentang harga IDR 4,085.55 – IDR 2,042.78. Mean keduanya berada di harga IDR 3,064.17.
OK, dengan sekian banyaknya perhitungan, lalu kapan kita mulai membeli saham ini?
Well, menurut penulis kembali kepada style masing-masing investor. Namun penulis bisa menyarankan beberapa tips:
- Jika amunisi (alias uang dingin) masih banyak dan perut tidak mual-mual jika saham kita sedang floating loss, maka kita bisa mulai masuk di rentang harga yang paling tinggi – yaitu di harga IDR 5,451.13. Dibarengi dengan money management yang baik, mungkin kita bisa melakukan average down setiap terjadi penurunan misalnya 10%.
- Kita juga bisa menunggu di harga yang lebih konservatif, misal menunggu sampai harga mencapai harga wajar terendah baik secara PBV maupun PER. Dengan rentang harga di atas, maka kita bisa saja mulai melakukan pembelian di harga IDR 4,085.55.
- Variasi lainnya misalnya dengan menggunakan mean dari rentang harga PER atau PBV, yaitu mulai masuk di harga IDR 4,088.35 atau IDR 3,064.17. Semakin rendah, risiko semakin kecil.
- Yang paling aman, tentunya masuk di harga terendah. Tapi, mungkin kita harus sedikit waspada, sebab dengan kecenderungan PER dan PBV yang tinggi, masuk di harga IDR 1,059.30 tentunya bisa jadi disebabkan oleh memang ada something wrong dengan perusahaannya.
Yang Harus Diperhatikan
Beberapa hal yang harus diperhatikan setelah penjelasan panjang lebar di atas:
- Sekali lagi perhitungan yang dilakukan di atas adalah perhitungan sederhana. Tentunya untuk para fundamentalis, satu perhitungan saja tidak bisa dijadikan sebagai penentu keputusan untuk membeli atau menjual. Menyelami karateristik perusahaan yang diincar dengan menelaah informasi dari Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan adalah sebuah keharusan sebelum membuat keputusan investasi.
- Nilai PER dan PBV yang penulis gunakan, adalah berdasarkan nilai historis. Tujuannya adalah untuk menghilangkan faktor emosi, sebab kita tidak pernah tahu apakah pasar akan mengapresiasi saham kita dengan PER dan PBV yang lebih tinggi di masa depan atau tidak. Apakah kita bisa menggunakan asumsi yang berbeda? Tentu saja bisa! Untuk para investor yang memiliki pengetahuan yang sangat baik dengan industri di mana perusahaan tersebut berusaha, mungkin akan bisa memberikan forward looking assessment yang lebih baik, sehingga bisa digunakan sebagai acuan untuk menghitung PER dan PBV yang berbeda dengan nilai historisnya.
- Kelemahan dari perhitungan ini adalah tidak dapat digunakan untuk industri yang bersifat siklikal. Jadi untuk emiten-emiten batu bara atau kelapa sawit, kita tidak dapat menghitung nilai wajarnya dengan cara di atas sebab laju pertumbuhannya tidak konstan dan tergantung dari harga komoditasnya.
- Walaupun sederhana, namun menurut hemat penulis masih lebih baik daripada tidak ada acuan sama sekali. Melakukan keputusan investasi tanpa mengetahui harga wajar saham yang mau kita pakai sebagai instrumen investasi, sama saja dengan berjudi.
- Last but not least, perhitungan di atas adalah perhitungan ala LynPF – alias perhitungan yang penulis buat sendiri. Sangat-sangat mungkin apa yang penulis jabarkan di atas SALAH SEMUA. Penulis menyarankan pembaca untuk menjadikannya sebagai referensi saja, dan tidak menjadikan sebagai satu-satunya bahan evaluasi.
Demikian, semoga bermanfaat!